RSS

MADRASAH DALAM PESANTREN

MADRASAH DALAM PESANTREN
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Idealnya setiap Lembaga Pendidikan mampu menghasilkan out come yang Cerdas, Terampil dan Bermoral. Alasan ini melandasi didengungkannya maksimalisasi dan keberimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada penerapan KBK beberapa waktu lalu dan KTSP saat ini. Nyatanya sampai detik ini penguasaan ketiga ranah masih jauh dari maksimal dan berimbang.
Ranah afektif yang bertanggungjawab pada aspek moral tampak paling kedodoran menghadapi perkembangan yang terjadi. Beberapa upaya telah dilakukan, baik oleh lembaga pendidikan misalnya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan ataupun oleh pemerintah misalnya dengan pencanangan Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa. Meski demikian toh kasus kenakalan remaja dan pelajar masih masif terjadi.
Setidaknya ada dua faktor-hemat penulis- yang menjadi peyebab tertinggalnya afektif dibanding dua ranah lainnya, yaitu; - Indikator pencapaian afektif cenderung abstrak (Faktor Internal) dan – Perkembangan IPTEK dan Sosial yang sangat cepat (Faktor Eksternal).
Masalah moral remaja/pelajar memang tidak bisa dibebankan seluruhnya kepada lembaga pendidikan. Karena begitu pulang sekolah siswa telah berpindah dari zona pantauan guru ke orang tua dan masyarakat. Demi alasan mempermudah pemantauan, sebagian pelaku pendidikan lantas melakukan upaya kreatif menambah jam keberadaan siswa di sekolah, maka muncullah fullday school, bahkan asrama.
Ada baiknya kita menengok hasanah peradaban Islam negeri kita, khususnya dalam bidang pendidikan. Kita memiliki pesantren yang telah terbukti mampu menghasilkan banyak figur berkualitas yang tidak sekedar eksis tapi mampu memberi warna dalam masyarakatnya. Kita patut prihatin melihat kenyataan bahwa belakangan ini minat masyarakat terhadap pesantren salaf cenderung menurun. Masalah Ijazah yang tidak memiliki efek publik sering dijadikan alasan. Kita tidak bisa mengelak bahwa kehidupan sosial saat ini memang menuntut bukti formal di samping kompetensi.
Lantas bagaimana dengan keinginan kita membentuk generasi yang Cerdas, Terampil dan Bermoral? Untuk pembinaan “Moral” dan religiusitas -hemat penulis- pesantren masih yang terbaik. Sedangkan untuk aspek “Cerdas dan Terampil” plus Ijazah kita bisa mengandalkan madrasah. Kalimat ini tidak berarti bahwa di madrasah pembinaan moralnya kurang bagus, sudah bagus hanya bukan yang terbaik. Juga tidak berarti bahwa kita tidak bisa mengandalkan sekolah. Bagi saya madrasah adalah sekolah plus, karena semua pelajaran di sekolah diajarkan di madrasah masih ditambah dengan pelajaran-pelajaran di lingkup PAI dan Bahasa Arab.
Pesantren atau Madrasah? Mengapa tidak keduanya? Madrasah dalam pesantren. Yah... saya setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mukti Ali, menurutnya sistim pengajaran dan pendidikan agama yang paling baik di Indonesia adalah sistem pengajaran ala madrasah dalam lingkungan pendidikan pesantren. (Kemaduh, 28 Mart 2011).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS