RSS

MADRASAH DALAM PESANTREN

MADRASAH DALAM PESANTREN
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Idealnya setiap Lembaga Pendidikan mampu menghasilkan out come yang Cerdas, Terampil dan Bermoral. Alasan ini melandasi didengungkannya maksimalisasi dan keberimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada penerapan KBK beberapa waktu lalu dan KTSP saat ini. Nyatanya sampai detik ini penguasaan ketiga ranah masih jauh dari maksimal dan berimbang.>>>baca selanjutnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MAHA SUCI ALLAH DARI BERTEMPAT(1)

MAHA SUCI ALLAH DARI BERTEMPAT(1)
Makna La Ilaha Illallah
Ketika masih di dunia banyak hakikat yang masih samar tersembunyi, adapun setelah mati banyak perkara menjadi jelas hakikatnya. Barang siapa di antara manusia mengucapkan La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah dengan lisannya padahal dia tidak mengerti makna keduanya maka di kubur hal itu tidak memberi manfaat, begitu pula di akhirat. Adapun makna La Ilaha Illallah adalah >>>baca selanjutnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERISTIWA BERSEJARAH DAN HARI BESAR ISLAM

PERISTIWA BERSEJARAH DAN HARI BESAR ISLAM

MUHARRAM:
1 Muharram: Tahun Baru Hijriah
10 Muharram 5H:Perang Dzat ar-Riqa’, dan pada saat itu Rasulullah melaksanakan shalat Khauf. Pada tanggal yang sama, Allah menyelamatkan Nabi Musa dari Fir’aun dan pengikutnya. Pada tanggal itu juga sayyidina al Husain dibunuh secara dzalim di Karbala pada tahun 61 H.

SHAFAR:
5 Shafar 7H: Perang Khaibar
13 Shafar 303 H: Wafatnya Imam Abu Abdur Rahman Ahmad bin Ali (Imam Nasa’i).
27 Shafar 589 H: Wafatnya Sultan Shalahuddin al Ayyubi pada siang hari Rabu.
27/28 Shafar 157 H: Wafatnya Imam al Auza’I pada usia 69 tahun.

RABI’UL AWAL:
12 Rabi’ul Awal: Hari Kelahiran Nabi Muhammad.
Tahun 886 H: Wafatnya Sultan Muhammad al Fatih pada malam Jum’at, Rabi’ul Awal. Beliau mengikuti madzhab al Maturidi dalam aqidah, dan disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah pernah memujinya.
Tahun 49/51 H: Wafatnya sayyidina al Hasan bin Ali pada usia 47 tahun, dan dimakamkan di al Baqi’.
Tahun 4H: Perang Bani an-Nadhir.
10 Rabi’ul Awal 179 H: Wafatnya Imam Malik di al Madinah al Munawwarah pada usia 84 tahun.
Tahun 15 H: Peringatan penaklukan Baitul Maqdis.

RABI’UL AKHIR:
12 Rabi’ul Akhir 241 H: Wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal.
24 Rabi’ul Akhir 583 H: Terjadinya perang Hiththiin.
26 Rabi’ul Akhir 2 H: Terjadinya perang Qainaqa’.

JUMADAL ULA:
12 Jumadal Ula 578 H: Wafatnya Imam Ahmad ar-Rifa’I, dan dimakamkan di desa Ummu Ubaidah di Iraq.
11 Jumadal Ula 150 H: Wafatnya Imam Abu Hanifah, bertepatan dengan tahun lahirnya Imam as-Syafi’i.
15 Jumadal Ula 8 H: Terjadinya perang Mu’tah di dataran rendah al Balqa’ (Yordania)
Jumadal Ula 6 H: Terjadinya perang Bani Lahyan.

JUMADAL AKHIRAH:
3 Jumadal Akhirah 193 H: Wafatnya Harun ar-Rasyid.
Jumadal Akhirah 13 H: Wafatnya al Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq.
10 Jumadal Akhirah 36 H: Terjadinya perang al Jamal. Perang berkecamuk dari siang hari Kamis sampai waktu shalat Ashar. Kemenangan diraih oleh pasukan sayyidina Ali bin Abi Thalib.
10 Jumadal Akhirah 857 H: Penaklukan Konstantinopel pada siang hari Rabu di bawah pimpinan Sultan Muhammad al Fatih II.

RAJAB
Rajab 204 H: Wafatnya Imam asy- Syafi’I pada usia 54 tahun. Dan dimakamkan di Mesir.
10 Rajab 9 H: Terjadinya perang Tabuk.
Rajab 9 H: Wafatnya an-Najasyi Raja Habasyah. Ia adalah orang shaleh.
5 Rajab 101 H: Wafatnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada usia 39 tahun.
27 Rajab 8 H: Peristiwa Isra dan mi’raj Nabi Muhammad.

SYA’BAN:
Sya’ban 6 H: Terjadinya Perang Bani Musthaliq.
Imam Abu Manshur al Maturidi wafat pada tahun 333 H.

RAMADHAN:
2 Ramadhan 1430 H: Wafatnya Syekh Abdullah al Harari al ‘Abdari al Habasyi.
11 Ramadhan 40 H: Wafatnya sahabat Ali bin Abi Thalib pada usia 63/59 tahun.
17 Ramadhan 2 H: Terjadinya perang Badar al Kubra, 6 kaum Muhajirin dan 8 kaum Anshar syahid dalam peperangan tersebut.
14 Ramadhan 630 H: Wafatnya raja Irbilia al Mudzaffar Abu Sa’id Kaukabari, orang yang pertamakali mengadakan mauled Nabi Muhammad.
Tahun 8 H: Terjadi Fathu Makkah dan dihancurkannya berhala yang ada di sekitar Ka’bah.
28 Ramadhan 92 H: Fathu Andalus.
Diwajibkannya Zakat Fithrah pada 2 hari sebelum ‘Iedul Fithri tahun 2 H.

SYAWAL:
1 Syawal: Hari Raya ‘Iedul Fithri
Tahun 3 H: Terjadi perang Uhud dan terbunuhnya Hamzah paman Rasul
15 Syawal 4 H: Terjadi perang Khandaq atau perang Ahzab.
Dzul Qa’dah 3 H: Terjadi perang Hunain.

DZUL QA’DAH:
1 Dzul Qa’dah 3 H: Terjadi perang Badar ah-Shaghir
10 Akhir Dzul Q’dah 5 H: Terjadi perang Bani Quraizhah
6 Dzul Qa’dah 10 H: Rasulllah melaksanakan Haji Wada’, pada hari Kamis.

DZUL HIJJAH:
3 Dzul Hijjah 23 H: Wafatnya Sahabat Umar bin Khaththab.
18 Dzul Hijjah 35 H: Wafatnya Sahabat Utsman bin Affan.
9 Dzul Hijjah: Pelaksanaan Wuquf di ‘Arafah bagi umat Islam yang melaksanakan Haji.
10 Dzul Hijjah: Hari Raya ‘Iedul Adha.
Dzul Hijjah 324 H: Wafatnya Imam Abu al Hasan al Asy’ari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MIMPI DI LIRBOYO (1)

MIMPI DI LIRBOYO (1)
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Salah satu yang menjadi kenangan dari 5 tahun nyantri di Lirboyo adalah mimpi-mimpi yang bermakna. Mimpi-mimpi yang -jujur saja- saat ini saya rindukan untuk terulang kembali, bukan mimpinya yang terulang, tapi bahwa mimpi merupakan isyarat, punya makna, tak sekedar bunga tidur yang hampa pesan, karena sungguh saya merasa sejak kepulanganku dari pondok mimpi-mimpi tak lagi punya makna, mimpi yang bagi saya tak lebih dari bunga tidur. Berikut beberapa mimpi yang saya alami ketika di Lirboyo, yang ternyata mengandung semacam isyarah terkait hal penting bagi diri saya kala itu:>>> baca selanjutnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BASHIRAH

BASHIRAH
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Dalam tulisan ini yang saya maksud dengan bashirah adalah tersingkapnya hijab sehingga mata batin bisa berfungsi, beberapa orang menyebutnya dengan mukasyafah, ada pula yang menyebutnya ma’rifat. Yang saya ceritakan adalah beberapa kejadian tentang tajamnya mata hati beberapa orang yang saya kenal dengan dekat. Untuk yang sudah meninggal akan saya sebut namanya langsung, sedangkan yang masih hidup-dengan beberapa pertimbangan- saya sebut inisialnya saja. Terus terang belakangan saya memang banyak mengandalkan apa yang disebut Metode Irfani dalam Epistemology Islam Al-Jabiri, terutama ketika menghadapi beragam klaim kebenaran oleh firqah-firqah yang ada dalam Islam. Tentu saja untuk ranking pertama saya tetap mengandalkan sumber hukum Islam yang disepakati, Al-Qur’an, Al-Hadits, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas.>>> baca selanjutnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

INTERNET: MEDAN PERANG AQIDAH

INTERNET: MEDAN PERANG AQIDAH
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Islam, IPTEK dan IT
Jika dicari agama yang paling siap dengan perkembangan IPTEK, maka Islam-lah jawabannya. Hal ini tentu saja bukan sekedar klaim, tetapi didasarkan pada beberapa hal, di antaranya: 1.Kata pertama dalam wahyu pertama yang turun adalah Iqra’ (bacalah). 2. Ada banyak ayat yang secara tersurat atau tersirat bersinggungan dengan masalah ilmiah. 3. Kata ilmu dan derifatnya adalah kata yang sering disebut dalam Al Qur’an. Meski demikian Al Qur’an bukanlah buku ilmiah, ia adalah kitab suci dengan fungsi utama sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Perkembangan super cepat IPTEK belakangan ini seperti keping koin yang punya dua sisi wajah. Sisi positifnya adalah kemudahan-kemudahan hidup, contoh paling nyata adalah bidang komunikasi. Sedangkan sisi negatifnya adalah tidak diimbanginya perkembangan IPTEK oleh pranata sosial termasuk agama. Agama apapun termasuk Islam yang sebenarnya punya energi potensial dalam kuantitas yang melimpah bagi berkembangnya IPTEK, terkesan lambat dan kepontal-pontal mengantisipasi perkembangan IPTEK. Dalam arti pranata sosial termasuk agama bisa dianggap kurang berhasil dalam menekan sisi negatif dan mendorong sisi positif perkembangan IPTEK. Bisa juga dengan makna munculnya temuan dan atau inovasi IPTEK yang dijiwai agama kalah jauh dengan perkembangan IPTEK sekuler yang bebas nilai. Sejak renaissance IPTEK dan agama tak lagi bisa berjalan beriring, dalam banyak kasus malah terjadi pertentangan hebat antar keduanya.
Dari banyak bidang temuan dan inovasi IPTEK, perkembangan bidang Tekhnologi Informasi bisa disebut paling dahsyat. Berbeda dengan bidang lain-tekhnologi antariksa misalnya- yang tidak berkait langsung dengan kehidupan sosial, bidang IT berkait dengan kehidupan masyarakat modern detik demi detiknya. Siapa sih yang sekarang tidak akrab dengan HP, TV, internet? Kecuali masyarakat terbelakang dan atau suku terasing. Ini pula kiranya yang menyebabkan temuan dan inovasi bidang IT bisa begitu dahsyatnya. Yaitu ketika masyarakat menjadikan informasi dan komunikasi sebagai kebutuhan “primer” memicu giatnya aktifitas riset oleh pebisnis di bidang IT akibat persaingan antar perusahaan. Jika ingin eksis dan berkembang, suatu perusahaan di bidang IT harus rela merogoh koceknya hingga dalam untuk biaya riset dan rekrutmen tenaga ahli.
Persaingan Global & Urgensi Skill IT
Bagaimana dengan kita? Umat Islam sebenarnya diberi anugerah berupa sumber daya alam melimpah, di negeri-negeri muslim Allah memberi bekal hidup bagi penduduknya dengan kekayaan alam beraneka tambang dan atau kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati. Tetapi ternyata dalam kehidupan modern Sumber Daya Alam saja ternyata tidak cukup, dibutuhkan hal lain agar SDA mampu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi umat yaitu penguasaan IPTEK dan sifat amanah bagi pengelola pemerintahan. Dua masalah ini yang saat ini menjadi problem besar bagi hampir semua negeri muslim.
Sebagai generasi muslim apa yang bisa kita lakukan? Ada baiknya kita persempit lingkup pembahasan perkembangan IPTEK pada bidang IT dengan Internet sebagai fokus pembicaraan kita. Alasan utama di antaranya adalah 1. Hampir semua capaian peradaban umat manusia saat ini bisa diakses via internet, dengan demikian ketika kita bisa memanfaatkan Internet secara maksimal kita bisa melakukan lompatan-lompatan tahapan dalam mengejar ketertinggalan kita dari komunitas lain. 2. Semua pendataan terkait nyaris seluruh aspek kehidupan saat ini dan apalagi di masa yang akan datang memanfaatkan internet. Dengan demikian ketika kita menguasai keahlian di bidang ini, kita punya banyak peluang dalam persaingan masyarakat global. Rekrutmen Beasiswa Mahasiswa adalah contoh nyata dalam masalah ini. 3. Masalah efesiensi dana. Adalah kenyataan bahwa internet telah mampu memangkas anggaran yang dibutuhkan oleh suatu proyek kegiatan. Dengan keahlian di bidang IT suatu perusahaan, lembaga dan juga perorangan bisa menghemat demikian banyak anggaran yang dibutuhkan. Pemetaan suatu kawasan bisa dengan mudah kita lakukan dengan memanfaatkan program Google Eart. Seorang siswa dengan mudah bisa download Buku Elektronik. Padahal jika pemetaan dilakukan secara manual dan buku harus dibeli dalam wujudnya yang asli buku, akan membutuhkan dana yang berlipat.
Sisi Negatif Globalisasi
Meskipun demikian sebagai produk peradaban internet tidaklah stiril dari sisi negatif. Konsekwensi dari kemajuan IT adalah hilangnya sekat dan batas dari konsep negara bangsa dalam hal arus informasi, atau biasa disebut dengan globalisasi. Istilah “Dunia dalam saku” bisa digunakan untuk mendeskripsikan secara singkat perihal “kecilnya dunia” akibat globalisasi. Dalam arti bahwa hanya dengan sebuah HP saat ini orang bisa menjelajahi dunia dan atau mengakses data dari belahan dunia manapun. Akibatnya adalah budaya, nilai-nilai sosial, ideologi, yang dianut oleh seseorang, kelompok, komunitas atau suatu bangsa bisa dengan mudah mempengaruhi dan atau diikuti pihak lain, meski secara geografis dua pihak tersebut sebenarnya berjauhan lokasi. Seakan mengikuti hukum fisika bahwa air bergerak dari tempat tinggi ke rendah, demikian pula gerak arus budaya bergerak dari pihak berbudaya tinggi ke pihak dengan level budaya lebih rendah. Sementara tinggi rendah budaya nampaknya identik dengan tinggi rendah peradaban. Inilah jawaban mengapa budaya barat sangat mudah ter-ekspansi ke masyarakat dunia. Karena untuk saat ini memang baratlah bangsa dengan peradaban tertinggi. Dari sinilah sisi negatif Internet dapat kita pahami alurnya. Yaitu ketika masyarakat kita terutama kaum muda terpengaruh dan atau meniru budaya hidup bangsa barat seperti yang mereka ketahui via internet. Padahal banyak produk budaya barat yang tidak sesuai dengan bangsa kita. Pornografi, free sex, Liberalisme dan lain-lain adalah beberapa contoh yang bisa dikemukakan. Keadaan diperparah dengan penta’wilan modernisnisasi sebagai westernisasi, dalam arti bahwa modernisasi yang seharusnya ditafsiri sebagai upaya untuk mensejajarkan diri pada peradaban tertinggi terutama dalam penguasaan IPTEK dita’wil (dibelokkan maknanya) pada duplikasi budaya barat. Yang banyak terjadi adalah budaya negatifnya sudah tercerap sedangkan IPTEK dan budaya positifnya tidak. Sekedar contoh saat ini kita masih harus berpuas diri menjadi konsumen dari banyak produk barat dalam bidang IT. Kita juga belum bisa meniru banyak tradisi positif dari masyarakat barat seperti tingginya etos kerja, kedisiplinan, penghargaan terhadap waktu, prestasi dan profesionalitas. Begitu pula kita belum bisa meniru bangsa barat dalam hal tradisi ilmiah. Tetapi justru tradisi pergaulan bebas dan pakaian minim telah ditiru demikian banyak masyarakat kita.
Satu hal yang harus diingat adalah kenyataan bahwa sangat sulit bagi kita saat ini untuk keluar dari komunitas masyarakat global. Dengan demikian pilihan untuk menyelamatkan diri dengan memutuskan hubungan dari dunia luar, misalnya dengan menolak sama sekali internet adalah pilihan yang tidak bijak dan sangat kontra produktif. Karena bisa berefek pada semakin tertinggalnya kita dari percaturan masyarakat dunia. Satu-satunya pilihan masuk akal adalah filterisasi yaitu dengan mengambil dan memanfaatkan materi positif dan membatasi serta membuang materi negatif, baik di tahapan akses maupun di tahapan setelahnya. Di tahapan akses dilakukan di antaranya dengan mengaktifkan sensor kontens, memantau dan atau mendampingi anak saat akses. Tentu saja hal-hal di atas disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikan anak. Sedangkan pasca akses dilakukan dengan memantau isi fail flashdisc, komputer atau laptop anak secara periodik dan memantau karakter religiusitas anak. Harus dimengerti bahwa pengaruh negatif internet tidak hanya pornografi dan semacamnya, tetapi juga ideologi menyimpang, termasuk di dalamnya ideologi berlabel Islam padahal sebenarnya dalam hal substansi jauh dari karakter Islam seperti diajarkan Rasulullah, para Sahabat dan mayoritas masyarakat muslim dunia. Tumbuh suburnya radikalisasi agama di tanah air belakangan ini di antaranya memang memanfaatkan internet sebagai media penyebaran. Banyaknya kalangan terpelajar yang menjadi simpatisan organisasi Islam radikal menjadi semacam pupuk bagi kian suburnya perkembangan ideologi dimaksud, karena mereka adalah kelompok melek teknologi yang punya kompetensi untuk menyebarkan pemikiran paham mereka melalui internet.
Perang Aqidah
Sebagai sarana penyebaran informasi yang murah, praktis,berjangkauan luas dan nyaris tanpa sensor, internet tentu saja dimanfaatkan oleh semua kalangan yang berkepentingan dalam mendakwahkan ide dan pahamnya. Perusahaan, organisasi, lembaga pendidikan, partai politik dan juga perorangan memanfaatkan jasa internet untuk kepentingan interaksi, komunikasi, sosialisasi dan pengiriman data. Pegiat agama -apapun- juga memanfaatkan internet bagi aktifitas dakwahnya. Begitu pula firqah-firqah dalam Islam (lebih tepatnya personal dengan kecenderungan faham firqah tertentu), Ormas, Harakah atau apapun namanya yang bermaksud melakukan propaganda dan ekspansi keanggotaan saat ini hampir pasti memanfaatkan internet. Sehingga jika kita melakukan penelusuran melalui kata kunci dengan memanfaatkan Google misalnya, taruhlah kita mencari pembahasan tentang “Bid’ah” maka kita akan mendapati banyak tulisan seputar tema dimaksud dari berbagai paham keagamaan yang ada. Yang tulisan satu dengan lainnya bisa berseberangan secara tajam. Tak jarang cercaan yang memanaskan telinga seperti kufur, syirik dan semacamnya ditujukan kepada pihak lawan polemik. Bisa dikatakan saat ini benar-benar telah terjadi semacam perang aqidah melalui internet. Ada yang memang ditulis secara baik dengan mencantumkan kitab/buku yang dijadikan rujukan, sistematika yang bagus yang memenuhi syarat untuk masuk katagori ilmiah, ada pula yang asal-asalan dengan modal nekad (bonek), mereka ikut nimbrung di polemik keagamaan hanya dengan modal semangat, fanatisme berlebihan, dan sedikit hafalan ayat atau hadits tanpa dibekali dengan keilmuan penunjang lainnya. Parahnya justru jenis kedua ini yang dominan mengisi situs-situs di internet.
Kasus Indonesia
Di Indonesia untuk penggunaan internet sebagai sarana propaganda penyebaran faham, bisa dikatakan kelompok-kelompok puritan Islam mendominasi, dalam arti tulisan-tulisan mereka tentang Islam (tentu saja versi mereka) lebih banyak dari pada lawan polemik mereka dari kelompok Asy’ariyah-Maturidiyah (ASWAJA). Padahal dari segi kuantitas keadaannya terbalik. Alasannya bukan karena faktor unggul - lemah dari segi argumentasi tetapi dari tradisi dakwah yang dimiliki. Kelompok Puritan -karena umumnya dari kalangan terpelajar- telah memiliki divisi dakwah yang termenej dengan baik. Dengan anggota yang telah paham teknologi Informasi, akses internet adalah hal biasa dalam kehidupan keseharian mereka. Sedangkan dari kelompok ASWAJA yang sebenarnya jauh lebih unggul dalam kuantitas belum didukung dengan manajemen dakwah yang bagus. Begitu pula, basis keumatan (baca: Masyarakat Desa)dan pendidikan (baca: Pesantren) dari umumnya pengikut ASWAJA adalah dari kalangan yang kurang akrab dengan IT terutama Internet. Padahal dari segi potensi argumentasi, ASWAJA tentunya lebih unggul karena memiliki tradisi keilmuan yang mapan. Khazanah keilmuan yang melimpah dari ASWAJA dan lulusnya pemahaman keagamaan mereka dari ujian sejarah dan perjalanan waktu adalah modal sangat besar bagi mereka dalam pertarungan ideologi, termasuk melalui Internet. Kondisi berbeda ditunjukkan oleh negeri jiran Malaysia. Perang idiologi antar firqah Islam via internet di negeri yang sering bermasalah dengan Indonesia ini berhasil didominasi kelompok ASWAJA. Tulisan –tulisan materi ke-Islaman dari perspektif ASWAJA serta pembelaan ajarannya banyak ditulis dan dipostingkan oleh Muslim Sunni Malaysia. Kontrol yang relatif lebih kuat dari pemerintah terhadap perkembangan kelompok radikal bisa jadi menjadi sebab tetap dominannya ASWAJA di Malaysia dari sisi kuantitas pengikut maupun diskusi idiologis via internet. Sedangkan di Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, nyaris tidak ada kontrol sama sekali terhadap perkembangan ajaran agama maupun pemikiran. Pihak berwenang memang dalam posisi dilematis, karena bertindak bisa dicap sebagai melanggar HAM, maka untuk sementara membiarkan terpaksa dilakukan. Upaya “pembiaran” ini tentu saja dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok sempalan, puritan dan radikal untuk mengembangkan sayapnya. Pernyataan ini juga menjawab pertanyaan mengapa di Indonesia bisa tumbuh subur Terorisme, sedangkan di Malaysia tidak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MADRASAH DALAM PESANTREN

MADRASAH DALAM PESANTREN
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Idealnya setiap Lembaga Pendidikan mampu menghasilkan out come yang Cerdas, Terampil dan Bermoral. Alasan ini melandasi didengungkannya maksimalisasi dan keberimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor pada penerapan KBK beberapa waktu lalu dan KTSP saat ini. Nyatanya sampai detik ini penguasaan ketiga ranah masih jauh dari maksimal dan berimbang.
Ranah afektif yang bertanggungjawab pada aspek moral tampak paling kedodoran menghadapi perkembangan yang terjadi. Beberapa upaya telah dilakukan, baik oleh lembaga pendidikan misalnya dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan keagamaan ataupun oleh pemerintah misalnya dengan pencanangan Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa. Meski demikian toh kasus kenakalan remaja dan pelajar masih masif terjadi.
Setidaknya ada dua faktor-hemat penulis- yang menjadi peyebab tertinggalnya afektif dibanding dua ranah lainnya, yaitu; - Indikator pencapaian afektif cenderung abstrak (Faktor Internal) dan – Perkembangan IPTEK dan Sosial yang sangat cepat (Faktor Eksternal).
Masalah moral remaja/pelajar memang tidak bisa dibebankan seluruhnya kepada lembaga pendidikan. Karena begitu pulang sekolah siswa telah berpindah dari zona pantauan guru ke orang tua dan masyarakat. Demi alasan mempermudah pemantauan, sebagian pelaku pendidikan lantas melakukan upaya kreatif menambah jam keberadaan siswa di sekolah, maka muncullah fullday school, bahkan asrama.
Ada baiknya kita menengok hasanah peradaban Islam negeri kita, khususnya dalam bidang pendidikan. Kita memiliki pesantren yang telah terbukti mampu menghasilkan banyak figur berkualitas yang tidak sekedar eksis tapi mampu memberi warna dalam masyarakatnya. Kita patut prihatin melihat kenyataan bahwa belakangan ini minat masyarakat terhadap pesantren salaf cenderung menurun. Masalah Ijazah yang tidak memiliki efek publik sering dijadikan alasan. Kita tidak bisa mengelak bahwa kehidupan sosial saat ini memang menuntut bukti formal di samping kompetensi.
Lantas bagaimana dengan keinginan kita membentuk generasi yang Cerdas, Terampil dan Bermoral? Untuk pembinaan “Moral” dan religiusitas -hemat penulis- pesantren masih yang terbaik. Sedangkan untuk aspek “Cerdas dan Terampil” plus Ijazah kita bisa mengandalkan madrasah. Kalimat ini tidak berarti bahwa di madrasah pembinaan moralnya kurang bagus, sudah bagus hanya bukan yang terbaik. Juga tidak berarti bahwa kita tidak bisa mengandalkan sekolah. Bagi saya madrasah adalah sekolah plus, karena semua pelajaran di sekolah diajarkan di madrasah masih ditambah dengan pelajaran-pelajaran di lingkup PAI dan Bahasa Arab.
Pesantren atau Madrasah? Mengapa tidak keduanya? Madrasah dalam pesantren. Yah... saya setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mukti Ali, menurutnya sistim pengajaran dan pendidikan agama yang paling baik di Indonesia adalah sistem pengajaran ala madrasah dalam lingkungan pendidikan pesantren. (Kemaduh, 28 Mart 2011).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MAHA SUCI ALLAH DARI BERTEMPAT(1)

MAHA SUCI ALLAH DARI BERTEMPAT(1)
Makna La Ilaha Illallah
Ketika masih di dunia banyak hakikat yang masih samar tersembunyi, adapun setelah mati banyak perkara menjadi jelas hakikatnya. Barang siapa di antara manusia mengucapkan La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah dengan lisannya padahal dia tidak mengerti makna keduanya maka di kubur hal itu tidak memberi manfaat, begitu pula di akhirat. Adapun makna La Ilaha Illallah adalah tidak ada sesuatupun yang berhak menerima puncak pengagungan, perendahan diri, penghambaan kecuali Allah. Allah Ta’ala adalah Dzat yang berhak atas puncak penghambaan dan pengagungan dari para hambanya. Tidak sesuatupun yang boleh diagungkan sebagaimana Allah diagungkan. Malaikat, para Nabi, para Wali tidak berhak untuk diagungkan sebagaimana Allah diagungkan. Tetapi mereka diagungkan hingga batasan yang layak bagi mereka, yang tidak sampai pada batas pengagungan kepada Allah. Pengagungan kepada Allah adalah pengagungan muthlaq yaitu puncak pengagungan. Kita mengagungkan Allah dengan puncak pengagungan, malaikat, para Nabi juga mengagungkan-Nya, merendahkan diri pada-Nya, menghambakan diri pada-Nya melebihi diri kita. Para Nabi dan malaikat adalah semulia-mulia makhluk.
Makna La Ilaha Illallah adalah tidak ada sesuatupun yang berhak atas puncak pengagungan kecuali Allah. Allah maknanya adalah Dzat yang bersifat dengan sifat sempurna, ada tetapi tidak serupa dengan perkara yang ada, tidak serupa dengan sesuatupun dari alam yang kita lihat dan yang tidak kita lihat. Tidak serupa dengan manusia, tidak berlaku bagi-Nya bagian atas ataupun bawah seperti manusia. Tidak juga seperti benda-benda di alam seperti matahari, rembulan, planet-planet, tidak pula seperti udara, cahaya, gelap, Allah tidak serupa dengan ini semua.
Setiap yang terbayang di hati maka Allah berbeda dengan hal itu. “Setiap kali kamu membayangkan di hatimu, maka Allah berbeda dengan hal itu”, ini adalah ucapan yang disampaikan olehDzun Nun al Mishri, di mana beliau adalah termasuk pembesar para wali yang dari lisannya keluar mutiara-mutiara ilmu. Seorang alim yang agung, beliau mengatakan ini dengan mengambil dari sumber al-Qur’an, sesungguhnya Allah menuturkan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Allah berfirman “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya”. Allah Ta’ala menyatakan diri bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tidak serupa dengan manusia, tidak serupa benda yang bercahaya seperti matahari, rembulan dan bintang-bintang. Tidak serupa udara, angin, air dan lainnya dari materi halus yang tak nampak mata. Ruh adalah makhluk, sebagian orang bodoh mengatakan bahwa ruh adalah bagian dari Allah. Menurut sangkaan mereka Allah menetap dalam diri kita, dengan alasan karena ruh berada dalam diri kita, sedangkan dalam sangkaan mereka ruh adalah bagian dari Allah. Mereka kafir, Allah Ta’ala tidak bertempat dalam sesuatu dan sesuatu tidak bertempat dalam diri Allah. Allah Tabaraka wa Ta’ala tidak menyentuh dan disentuh, menciptakan alam tanpa bersinggungan, tanpa alat. Tidak seperti kita, kita mendirikan bangunan dengan gerakan, perlengkapan dan alat, Allah tidak seperti itu. Dia menciptakan kita tanpa melalui bersinggungan, gerakan dan pergeseran. Dengan kehendak-Nya yang azali terjadilah segala sesuatu maka sesuatu itupun menjadi wujud. Dia Tabaraka wa Ta’ala berkehendak pada azali, sebelum menciptakan alam, Dia berkehendak pada segala sesuatu yang akan terjadi, maka terjadilah setiap yang dikehendaki-Nya, dalam arti sesuatu itu menjadi wujud. Dia berkehendak dalam azali sebelum sesuatu selain-Nya ada. Tidak ada sesuatupun pada azali yang ada kecuali Allah. Belum ada arsy, langit, surga, neraka, udara, cahaya maupun gelap.
Sesuatu yang membingungkan akal: jika dikatakan kepadamu bagaimana keadaannya di masa lalu ketika belum ada gelap maupun terang, ini adalah sesuatu yang membingungkan akal, sesuatu yang membingungkan pikiran kita, tetapi kita percaya, lalu kita mengatakan: ketika azali terang maupun gelap belum ada, Allah ada sendirian, belum ada terang, gelap, udara, ruh atau apapun. Di ada sendirian kemudian menciptakan air sebelum makhluk yang lain, kemudian dari air Dia menciptakan ‘arsy, lalu dari air menciptakan al-Qalam al a’la, tidak serupa pena-pena kita. Dia menciptakan al-Lauhil al mahfudz yang tidak serupa dengan buku ataupun papan tempat kita menulis, tetapi sungguh ia adalah benda besar yang ukuran luasnya setara dengan perjalanan lima ratus tahun.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BASHIRAH

BASHIRAH
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Dalam tulisan ini yang saya maksud dengan bashirah adalah tersingkapnya hijab sehingga mata batin bisa berfungsi, beberapa orang menyebutnya dengan mukasyafah, ada pula yang menyebutnya ma’rifat. Yang saya ceritakan adalah beberapa kejadian tentang tajamnya mata hati beberapa orang yang saya kenal dengan dekat. Untuk yang sudah meninggal akan saya sebut namanya langsung, sedangkan yang masih hidup-dengan beberapa pertimbangan- saya sebut inisialnya saja. Terus terang belakangan saya memang banyak mengandalkan apa yang disebut Metode Irfani dalam Epistemology Islam Al-Jabiri, terutama ketika menghadapi beragam klaim kebenaran oleh firqah-firqah yang ada dalam Islam. Tentu saja untuk ranking pertama saya tetap mengandalkan sumber hukum Islam yang disepakati, Al-Qur’an, Al-Hadits, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas. Permasalahannya adalah hampir semua firqah juga mengemukakan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam setiap perdebatan (meski lebih banyak berupa polemic dari pada diskusi tatap muka).
KH. Munawir Tegalarum
Beliau adalah seorang mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah dan berkedudukan di PP. Al-Musthafa Tegalarum Pelem Kertosono Nganjuk. Meninggal pada tanggal 21 Agustus 2001 dan dimakamkan di makam keluarga belakang masjid Tegalarum. Berikut ini beberapa kejadian yang saya alami terkait dengan bashirah beliau:
1. Suatu hari saya disuruh ibu yang merupakan salah satu putri KH. Munawir untuk mengantar buah dan daun pepaya buat sayuran, konsumsi para santri. Hujan disertai angin merobohkan satu pohon pepaya kami yang berbuah lebat. Dari pada terbuang mubadzir oleh ibu disuruh antar ke Tegalarum. Menjadi kebiasaan kala itu seminggu sekali dua atau tiga santri dolan ke Sedan (5 km arah barat dari tegalarum) untuk mencari sayuran, di PP. Tegalarum kebutuhan konsumsi santri memang ditanggung Kyai.Buah papaya yang masih mentah dan daunnya saya masukkan ke glangsing (karung plastic) lantas saya tali. Kepalang basah, dengan kondisi masih hujan-hanya anginnya yang sudah berhenti- saya antar karung plastic tadi ke Tegalarum. Melalui halaman ndalem saya langsung ke dapur, baru setelah itu dengan baju basah saya mampir ke ndalem untuk bersalaman dengan mbah. 5 meter dari pintu Bulek Roh (adik ibu) menyapa dan memperkenalkan seorang tamu perempuan sepuh yang duduk di sebelah timur mepet tembok. “Iki mbah nyai Mundzir Kediri”, saya mengangguk hormat sambil membatin, “wah ini tamu agung”, selama ini saya sering mendengar nama Mbah Mundzir, tetapi belum pernah berjumpa hingga beliau meninggal, lha… ini Mbah Nyai ada di sini, saya merasa beruntung. Sehabis menghormat ke Mbah Nyai Mundzir saya berjalan ke selatan menuju ke dipan Mbah Munawir, ketika bersalaman dengan mbah saya ditanya “Kates lee?” (Pepaya nak?), saya menjawab “Inggih mbah, dipun utus ibu, wonten sing rubuh”. Saya diliputi perasaan heran.”Bagaimana mbah bisa tahu kalau karung plastic tadi berisi papaya?, padahal ketika datang saya langsung ke dapur, jarak antara dipan dengan tempat lewat saya sekitar 20 meter dan karung plastic dalam keadaan tertali rapat, dan keadaan masih hujan. Saya mengira bagi orang muda saja sulit menerka apa isi karung, apalagi orang seusia Mbah yang saat itu berusia sekitar 80”.
2. Dalam minggu itu berkali-kali isteri mengajak saya dolan ke Tegalarum, karena memang sudah lumayan lama kami tidak sowan ke sana. Saya selalu berkelit dengan beragam alasan, dari sibuk urusan kerja (kala itu saya menekuni usaha pembuatan krupuk) hingga kegiatan mengajar (GTT di MAN Nglawak). Padahal sebenarnya keengganan saya sowan adalah karena ketidak-PD-an saya berhadapan dengan mbah terkait belum bisa istiqamahnya saya menjalani wirid/dzikir thariqah yang sudah beliau ajarkan. Hari beranjak siang, sekitar jam 09.00, seperti biasa jam segitu saya sibuk menjemur krecek (krupuk mentah), tiba-tiba mobil mbah datang masuk ke halaman, dekat dengan tempat jemuran krecek. Saya datang menghampiri mbah yang tetap di jok mobil bagian depan dengan kaca jendela mobil yang terbuka, beliau tidak turun. Ketika saya menyalami beliau, beliau memberi banyak nasihat terkait amalan-amalan thariqah, hal mana yang sebenarnya merupakan alasan utama saya belakangan enggan sowan,yaitu disebabkan merasa belum bisa menjalani pengajaran beliau secara istiqamah.
3. Ada juga pengalaman lucu terkait sifat bashirah mbah yai Munawir. Sebelum peristiwa itu, di beberapa kasus yang sempat kami catat dalam hati, ketika mbah yai berkunjung ke suatu rumah dari suatu keluarga, beberapa hari kemudian anggota keluarga itu (umumnya keluarga, murid, kenalan dekat dari mbah yai) ada yang meninggal. Hal ini terjadi pula pada keluarga kami, yaitu menjelang meninggalnya bapak dan juga besan kami. Belajar dari pengalaman di atas, kami sekeluarga mengalami “ketakutan” akan adanya orang yang bakal meninggal dari keluarga kami ketika 3 hari berturut-turut mbah yai Munawir dolan ke rumah dan ikut berjamaah maghrib di masjid. Di antara yang paling “ketakutan” adalah saya sendiri, karena di 3 jama’ah maghrib itu saya menjadi imam shalat. Di satu kesempatan mbah juga menyempatkan melihat saya mengajar ngaji Qur’an pada anak-anak dan bersalaman dengan mereka. Saya ingat ketika saya, adik, kakak dan juga ibu saling pandang ketika mbah berturut datang menjelang maghrib, sebab biasanya beliau berkunjung siang hari, saya melihat wajah kekhawatiran dari masing-masing, nampaknya semua membatin; “Akan ada apa ini?”. Kami merasa lega ketika di hari yang ke 3 mbah Munawir maghriban di Sedan beliau menitipkan pesan ke Ibu untuk saya. Saat beliau pulang saya gak tahu karena ngajar Qur’an anak-anak. “Kon ngomongi awakmu lak wiridan kon njangkepi 165” (Disuruh memberitahu dirimu jika membaca dzikir dilengkapi 165 kali), kata ibu saat saya masuk rumah. Sebelumnya ketika wiridan ba’da shalat saya bacanya La ilaha illallah 100 kali. Alhamdulillah, kami sekeluarga merasa lega karena kedatangan mbah Munawir 3 kali berturut di waktu maghrib tidak seperti yang kami bayangkan, tetapi untuk memantau secara langsung praktek pengamalan thariqah.


Kang “M”
Dia adalah santri yang bertugas sebagai sopir dan khadim mbah yai Munawir, jika mbah bepergian dia yang mengantar, mengangkat ke kursi roda dan mendorongnya ke tempat yang dituju mbah yai. Dia juga yang melayani mbah yai ketika dahar, minum, mandi, buang hajat dan pipis. Dia berasal dari wilayah timur Jawa Timur. Sikapnya sangat sopan dan tawadlu’, saya terkadang merasa kurang enak, karena penghormatan yang dilakukannya pada saya dan juga seluruh dzuriah mbah yai saya anggap berlebihan. Di antaranya adalah mengambil posisi duduk di lantai ketika dipanggil atau sedang menyampaikan sesuatu. Suatu hari saya dolan ke ndalem mbah. Sambil menunggu mbah yang masih menemui tamu saya ditemui oleh Kang “M”. Saya duduk di sebelah timur ruang tamu khusus keluarga dan tamu putri, berposisi di utara meja besar menghadap ke selatan. Di atas meja besar berukuran kira-kira 1,5 x 8 meter tersebut tersaji beragam kue dengan bermacam wadah, ada yang toples, ada juga piring. Wadah-wadah ditata saling merapat, jadinya meja tersebut bisa menampung sekitar 100 wadah kue. Saya tidak menghitung angka pastinya.
Kang “N”
Dia adalah santri dan juga menjadi khadim mbah yai sepeninggal Kang “M”. Bertugas sama dengan Kang “M”. Berasal dari daerah yang juga sama dengan Kang “M”. Menjelang kepulangan Kang “M”, Kang “N” sudah disiapkan untuk menggantikan tugas-tugasnya. Yang membawa Kang “N” ke Tegalarum juga Kang “M”, bisa disebut Kang “N” adalah yuniornya Kang “M”. Karakternya hampir sama. Hanya dari segi kulit Kang “N” lebih putih dan bersih. Kelak pasca wafatnya Mbah Kyai Munawir Kang “N” nyantri di pesantren Kang “M”.
Tentang bashirah Kang “N” ada beberapa sebenarnya yang saya alami, tetapi karena kurang menonjol tidak perlu saya tulis di sini karena mungkin kurang menarik. Satu pengalaman yang saya anggap layak untuk dimunculkan adalah ketika suatu hari sepulang dari mengajar di Nglawak saya ditanya oleh isteri saya. “Mas-mas, supire mbah niko, Kang “N”, nopo ilmune sampun duwur?” (Mas-mas, sopirnya kakek, Kang “N”, apa ilmunya sudah tinggi?), tanya isteri saya. Saya langsung balik bertanya; “Enek opo to dik?” (Ada apa memangnya?). “Wau lho mas, pas mbah meriki, kulo mbatin, engko lak kundur sisone daharan lan unjukan bade kulo suwun kersane angsal barokah, lha pas bade pamitan lho Kang “N” kok marani kulo terus nyerahaken siso daharan kaleh minume mbah, kaleh matur: meniko ning menawi pingin pados barokah. Padahal kulo namung mbatin mboten omong”. (Tadi lho mas, waktu mbah ke sini, saya membatin, nanti jika beliau sudah pulang, sisa makan dan minumnya akan saya minta agar memperoleh barakah, lha waktu mau pamitan Kang “N” mendatangi saya lalu menyerahkan sisa makan dan minum mbah sambil mengatakan: ini ning jika ingin mencari barakah. Padahal aya hanya membatin tidak bicara). Saya lalu menjelaskan ke isteri tentang kehebatan orang-orang yang menekuni Thariqah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS