RSS

RESUME MAPEL FIQH M


RESUME MAPEL FIQH MA
Oleh: Muh. Zuhal Ma’ruf
Milkiyah: suatu barang yang secara hukum dapat dimiliki oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan penguasaannya kepada orang lain.
Sebab-sebab kpemilikan: Harta umum, dengan akad, lewat pewarisan, hasil pembiakan.
Macam kepemilikan: 1. Kepemilikan penuh. (dapat menguasai dan memanfaatkan)  2. Kepemilikan materi. (menguasai, tidak dapat memanfaatkan; barang disewakan) 3. Kepemilikan manfaat. (tidak menguasai, dapat memanfaatkan; barang sewaan).
Dari aspek yang menguasai: 1. Kepemilikan privasi:rumah, mobil. 2. Kepemilikan publik: jalan raya, makam dll.
Ihrozul mubahat: Kewenangan memiliki harta yang tidak bertuan. Contoh: barang buruan.
Kholafiyah: Bertempatnya seseorang yang baru di tempat seseorang lama yang hilang haknya.
Macam: 1. Kholafiyah syakhs an syakhs; ahli waris dari mayit. 2. Kholafiyah syaiin an syaiin; gantian barang yang dirusakkan.  

Khilafah. Bahasa: Menggantikan. Istilah: Setruktur pemerintah yang pelaksanaannya diatur berdasarkan syariat Islam.
Dasar-dasar Khilafah: Tauhid, persamaan derajat, persatuan Islamiyah, musyawarah, keadilan.
Tujuan: mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir batin serta memperoleh ampunan dan ridlo Allah.
Khalifah. Bahasa: Pengganti. Istilah: Pengganti Rasul sebagai kepala negara.
Baiat: Sumpah setia antara rakyat dengan Khalifah.
Mengangkat khalifah hukumnya fardlu kifayah.
Majlis syura. Bahasa: Tempat musyawarah. Istilah: lembaga yang ditugasi untuk memperjuangkan kepentingan rakyat melalui musyawarah.
Ahlul halli wal aqdi: wakil rakyat yang menjadi anggota majlis syura.
Menurut Imam Fahrudin ar Razi ahlul halli wal aqdi ialah para alim ulama dan cendekiawan yang dipilih rakyat untuk mewakili mereka.
Peradilan (Qodlo). Bahasa: memutuskan. Istilah: lembaga negara yang ditugaskan untuk menetapkan keputusan atas setiap perkara dengan adil berdasar hukum yang berlaku. Tempatnya disebut pengadilan, orangnya disebut hakim atau qadli.
Tiga macam hakim: 1. Mengetahui kebenaran dan menghukumi dengannya, masuk surga. 2. Mengetahui kebenaran tidak menghukumi dengannya, masuk neraka. 3. Menghukumi dengan kebodohan, masuk neraka.
Madzhab Maliki, Syafii, Hanbali tidak membolehkan hakim wanita. Hanafi membolehkan di luar masalah had dan qishas, At Thabari membolehkan untuk segala urusan.
Saksi: Orang yang diperlukan pengadilan untuk memberi keterangan.
Gugatan: Materi yang dipersoalkan kedua pihak yang berperkara.
Penggugat: orang yang mengajukan gugatan.
Bayyinah(barang bukti): sesuatu yang ditunjukkan penggugat untuk memperkuat gugatannya.
Macam-macam bukti: saksi, barang bukti, pengakuan terdakwa, sumpah.
Penggugat menunjukkan bukti, tergugat melakukan sumpah.
Sumpah: mentahkikkan/menguatkan sesuatu dengan menyebut nama/sifat Allah.
Kifarat sumpah: memilih salah satu dari; memberi makanan pokok 10 orang fakir miskin, memberi pakaian yang pantas kepada 10 miskin, memerdekakan seorang hamba sahaya. Jika tak mampu, puasa 3 hari.
Tergugat: orang yang terkena gugatan.
UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Badan Peradilan Agama Islam.
UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Sumber Hukum Islam.
Al Qur’an. Bahasa: bacaan. Istilah: firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang diriwayatkan secara mutawattir, yang mengandung mu’jizat dan yang membacanya adalah ibadah.
Pokok-pokok isi Al Qur’an: Tauhid, Ibadah, Janji dan ancaman, Kisah-kisah umat terdahulu.
Prinsip penetapan hukum Al Qur’an: tidak memberatkan(adamul haraj), menyedikitkan beban(qillatut taklif), berangsur-angsur(at-tadarruj).
Sifat hukum Al Qur’an: umumnya bersifat kulli(umum), sedikit yang bersifat juz’i(terinci).
Pembagian Sunnah: Qouliyah, Fi’liyah, Taqririyah dan Hammiyah.
Taqririyah: penetapan nabi, diamnya Nabi ketika melihat perbuatan Sahabat.
Hammiyah: Sesuatu yang direncanakan Nabi tetapi tidak sempat dikerjakan, contoh; puasa 9 Muharam.

Ijtihad. 
Ijtihad. Bahasa: Mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Istilah: Pencurahan segala kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ melalui dalil-dalil syara’ pula.
Ijtihad hanya dibenarkan bagi peristiwa atau hal-hal yang tidak ada dalilnya yang qoth’i, atau tidak ada dalilnya sama sekali.
Tingkatan Mujtahid: 1. Mujtahid Mustaqil: mengeluarkan hukum dari Qur’an dan Sunah. 2. Mujtahid Muntasib: Memilih perkataan seorang Imam pada hal yang mendasar dan berbeda pendapat dengan mereka dalam hal furu’. 3. Mujtahid fil Madzhab: mengikuti pendapat Imam madzhab baik dalam hal ushul maupun furu’. 4. Mujtahid Murajjih: hanya melakukan tarjih.
Ijma’. Bahasa: Kesepakatan terhadap sesuatu. Istilah: kesepakatan (konsensus) seluruh mujtahid pada suatu masa tertentu sesudah wafatnya Rasul atas hukum syara’ untuk satu peristiwa.
Ijma’ bayani / qauli: disampaikan secara tegas melalui lisan / tulisan.
Ijma’ sukuti: ditunjukkan dengan diam / tanpa tanggapan.
Jika seorang saja tidak setuju atau di suatu masa hanya ada seorang mujtahid saja maka tidak ada ijma’.
Apabila sudah terjadi ijma’ maka hukum tersebut menjadi dasar beramal yang tidak boleh diingkari.
Qiyas. Bahasa: menyamakan atau mengukurkan sesuatu dengan yang lain. Istilah: Menyamakan kejadian yang tidak ada nash dengan kejadian yang ada nash tentang hukumnya karena persamaan ilat.
Rukun qiyas: Ashal(ber-Nash), Far’un(tidak ber-Nash), Ilat(sifat) dan Hukum ashal.
Ittiba’: Menerima atau mengikuti pendapat seseorang dengan mengetahui dasarnya.
Taqlid: Menerima atau mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui dasar pendapat tersebut.
Tarjih: Menguatkan salah satu dalil dari dua dalil yang bertentangan, yang kuat diamalkan yang lemah dikesampingkan.
Talfik: Mengambil beberapa hukum sebagai dasar beramal dari berbagai madzhab yang berbeda.
Talfik umumnya tidak dibenarkan. Diperbolehkan jika tidak berakibat batalnya amaliah, demikian juga boleh pindah madzhab dalam masalah yang berbeda.
Fatwa. Bahasa: petuah. Istilah: Usaha memberikan penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum mengetahuinya.

Macam-macam hukum Islam.
Hukum. Bahasa: Menetapkan sesuatu atas sesuatu. Istilah: Titah Allah atau sabda Nabi mengenai segala pekerjaan mukallaf baik mengandung tuntutan, suruhan, larangan ataupun menerangkan kebolehan, sebab, syarat atau penghalang sesuatu.
Pembagian hukum.
  1. Taklifi: mengandung tuntutan untuk dikerjakan atau ditinggalkan.
  2. Takhyiri: mengandung takhyir (boleh atau tidak).
  3. Wad’i: mengandung sebab, syarat, sah, batal, berat dan ringan.
Pembagian Taklifi: 1. Ijab (fardlu): Suruhan untuk dikerjakan. 2. Nadb: Anjuran untuk dikerjakan. 3. Tahrim: Larangan yang harus dijauhi. 4. Karahah: Larangan yang tidak harus dijauhi. 5. Ibahah: Bebas memilih.
Pembagian Wad’i: 1. Sebab. 2. Syarat. 3. Mani’ (penghalang).
Unsur-unsur hukum Islam: 1. Mahkum Fihi: Perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan hukum syara’. 2. Mahkum Alaih: Mukallaf yang menjadi tempat berlakunya hukum Allah.   

Dasar-dasar Fiqh Islam.
Istihsan. Bahasa: Menganggap baik. Istilah: Berpindahnya seorang mujtahid dari hukum yang dikehendaki oleh Qiyas Jali (jelas) kepada hukum yang dikehendaki Qiyas Khafi (samar), atau dari hukum kulli (umum) kepada hukum yang bersifat Istisna’(pengecualian), karena ada dalil syar’i yang menghendaki perpindahan itu. Contoh poin 1: Ulama Hanafiyah membolehkan wanita haidl baca Qur’an. Poin 2: Salam (pesanan).
Jumhur menolak Istihsan, Hanafiyah membolehkan. Malikiyah menggunakan Istihsan tapi populer dengan nama Mashalihul Mursalah.
Istishab: Mengambil hukum yang telah ada atau ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai hingga masa-masa selanjutnya, sebelum ada hukum yang mengubahnya. Contoh: Sudah wudlu apa belum? Berarti belum.
Mashalihul Mursalah: Menetapkan hukum berdasarkan kemashlahatan, yaitu manfaat bagi manusia atau menolak kemadlaratan atas mereka.
Jumhur menolak, Imam Malik membolehkan, Syafi’i membolehkan Mashalihul Mursalah jika sesuai dengan dalil kulli dan juz’iy.
Contoh: Membuat penjara, mencetak uang, mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an.
Syarat: Maslahat harus pasti, bersifat umum, tidak bertentangan dengan nash atau ijma’.
Al-’Urf: Segala sesuatu yang sudah dikenal dan dijalankan oleh masyarakat sehingga menjadi adat istiadat.
Contoh: Jual beli dengan saling pengertian tanpa sighat.
Macam Urf: 1. Urf Shahih: jika tidak bertentangan dengan syariat, contoh: Pelamar memberi sesuatu kepada yang dilamar. 2. Urf Fasid: jika bertentangan dengan syariat, contoh: meraih jabatan dengan sogokan.
Syar’u Man Qoblana: Syariat yang diturunkan kepada umat sebelum kita.
Dikelompokkan menjadi 2; 1. Juga ditetapkan kepada kita, contoh: puasa, qishas. 2. Tidak disyariatkan kepada kita, contoh: Untuk Bani Israil baju terkena najis harus dipotong, untuk kita dicuci.
Saddudz Dzari’ah. Bahasa: Menutup jalan. Istilah: Melarang perkara-perkara yang lahirnya boleh, karena dapat membuka jalan kepada yang dilarang.
Menurut Malik dapat menjadi sumber hukum, menurut Hanifah dan Syafi’i tidak.
Madzhab Shahabi: Fatwa-fatwa para Sahabat mengenai berbagai masalah setelah Rasul wafat.
Dibagi 2; 1. Hasil ijtihad yang disepakati(ijma’ sahabi). 2. Hasil ijtihad yang tidak disepakati.
Dalalatul Iqtiran: Dalil-dalil yang menunjukkan kesamaan hukum terhadap sesuatu yang disebutkan bersamaan dengan sesuatu yang lain.
Pendapat Jumhur: tidak dapat dijadikan hujjah. Abu Yusuf dari golongan Hanafiyah, Ibnu Nashar dari Malikiyah, Ibnu Hurairah dari Syafiiyah: dapat dijadikan hujjah.
Menurut Syafii hukum umrah wajib karena disebut bersamaan dengan Hji dalam satu ayat.

 

Kaidah Fiqh Islam
Amr. Bahasa: suruhan. Istilah: suatu lafadz yang dipergunakan oleh orang yang lebih tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah untuk meminta bawahannya mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak boleh ditolak. Kaidah:1.  Pada dasarnya amr (perintah) itu menunjukkan kepada wajib dan tidak menunjukkan kepada selain wajib kecuali dengan qarinah. 2. Perintah setelah larangan menunjukkan kepada kebolehan. 3. Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki segera dilaksanakan. 4. Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki pengulangan. 5. Memerintahkan mengerjakan sesuatu berarti memerintahkan pula segala wasilahnya.
Nahi. Bahasa: larangan. Istilah: tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya. Kaidah: 1. Pada dasarnya larangan itu menunjukkan haram. 2. Larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya. 3. Pada dasarnya larangan yang mutlak menghendaki pengulangan larangan dalam setiap waktu. 4. Pada dasarnya larangan itu menghendaki fasad secara mutlak. 
’Am: Lafadz yang diucapkan untuk memasukkan semua yang dimasukkan ke dalam maknanya.
Khash: Lafadz yang dilalahnya berlaku bagi seseorang atau sebagian tertentu.
Mutlaq: Suatu lafadz tertentu yang tidak terikat oleh batasan lafadz yang mengurangi keumumannya.
Contoh: Roqobah.
Muqayyad: Suatu lafadz tertentu yang dibatasi oleh batasan lafadz lain yang mengurangi keumumannya. Contoh: Roqobah mukminah.
Mantuq: Bahasa: diucapkan. Istilah: Apa yang ditunjukkan oleh lafadz sesuai dengan yang diucapkan.
Mantuq nash: tidak mungkin ditakwil. Mantuq zihar: mungkin ditakwil.
Mafhum: Bahasa: pengertian. Istilah: Pengertian suatu lafadz bukan arti harfiah dari yang diucapkan.
Mafhum muwafaqat: hukum tersirat sama dengan tersurat. Contoh: Minuman keras hukumnya sama dengan khomr.
Mafhum mukholafah: yang tersirat berlainan hukum.
Mujmal: Lafadz yang sighatnya tidak jelas menunjukkan apa yang dimaksud.
Mubayyan: Lafadz yang sighatnya jelas menunjukkan apa yang dimaksud.
Muradif: Beberapa lafadz yang menunjukkan satu arti.
Musytarak: Satu lafadz yang menunjukkan dua makna atau lebih.
Dzahir: Suatu lafadz yang jelas dilalahnya menunjukkan kepada suatu arti asal tanpa memerlukan faktor lain di luar lafadz itu.
Takwil: mengalihkan lafadz dari makna dhahirnya kepada makna yang mungkin baginya berdasarkan dalil baik berupa nash, qiyas, ijma’ maupun prinsip-prinsip umum bagi pembinaan hukum.
Nasakh: Bahasa: membatalkan. Istilah: Membatalkan pengamalan sesuatu hukum syara’ dengan dalil yang datang kemudian.
Abu Muslim al-Asfahani: Tidak ada nasakh dalam ayat-ayat al-Qur’an.  




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS