RSS

RESUME KITAB AL-KASYFI WA AT-TABYINI

RESUME KITAB AL-KASYFI WA AT-TABYINI
Karya : Al-Ghazali

1. Ghurur (tertipu) bisa terjadi pada semua mukallaf, baik kafir maupun mukmin kecuali yang dijaga oleh Allah. Tentu saja dengan tingkat yang berbeda.

2. Yang mungkin tertipu dari kalangan mukmin bisa dari :
a. kelompok ulama
b. kelompok ahli ibadah
c. kelompok pemilik harta
d. kelompok ahli tasawuf

3. Orang kafir tertipu kehidupan dunia, mereka berpendapat : “ dunia (bisa dinikmati saat ini meyakinkan) itu lebih baik dari pada akhirat (dinikmati nanti, meragukan)”.

4. Mukmin dan kafir sama-sama bisa tertipu oleh kehidupan dunia, tentu saja dengan kadar berbeda.

5. Orang yang mengenal Allah tidak akan merasa aman dari rekayasa-Nya.

6. Orang mukmin ahli maksiat tertipu dengan perkataannya : “ Allah Maha pengampun dan Maha Penyayang “. Mereka mengandalkan sifat pemurah Allah., kebaikan Allah.

7. Ada pula yang mengandalkan kesalehan orang tua. Orang yang menyangka bisa selamat dengan ketaqwaan orang tuanya seperti orang yang menyangka bisa kenyang padahal orang tuanya yang makan.

8. Banyak orang mukmin yang disamping taat juga ahli maksiat, tapi maksiatnya lebih banyak. Mereka mengandalkan ampunan Allah. Perumpamaan bagi mereka : “ berharap timbangan sepuluh keping mengalahkan seribu keping “, betapa bodohnya.

9. Sebagian orang mukmin menyangka taatnya lebih banyak dari pada maksiatnya, mereka tidak instropeksi. Taatnya diingat sedangkan maksiatnya dilupakan. Padahal menjaga lisan dari maksiat lebih utama dari membaca tasbih.

10. Sekelompok ulama mengutakan ilmu syari’at dan aqliyah secara mendalam, mereka tidak menjaga diri dari maksiat dan tidak mengharuskan diri melakukan taat. Mereka tertipu dengan ilmunya. Mereka menyangka ilmunya menyelamatkannya di akherat walaupun dengan tanpa amal.

11. Sekelompok ulama yang lain mementingkan ilmu dan amal dzohir, mereka meninggalkan maksiat dzohir tetapi melupakan hati mereka. Maka mereka tidak menghapus sifat-sifat tercela seperti sombong, riya’, iri, mencari derajat dunia dan sebagainya. Mereka seperti orang yang sakit kudis oleh dokter diberi salep dan tablet. Dia mengoleskan salepnya dan membuang tabletnya.

12. Sekelompok ulama yang lain mengetahui perihal akhlaq jelek ini dalam tinjauan syara’, hanya saja mereka bersifat ujub dan menyangka telah terbebas darinya. Mereka merasa mencapai derajat lebih tinggi daripada orang awam sehingga terhindar dari akhlak jelek tersebut. Bagi mereka bukan kesombongan tetapi kemulyaan agama.

13. Sekelompok ulama lainnya mengutamakan beberapa ilmu, mensucikan anggota badan, menghiasinya dengan ta’at, menjauhi maksiat dzahir, instropeksi akhlak diri, dan membersihkan hati dari riya’, iri, sombong, dendam dan sebagainya. Tetapi mereka tertipu, karena di tepian hati masih ada sisa-sisa bujukan syetan dan nafsu yang sangat halus sehingga mereka tidak mengerti akan hal itu. Perumpamaan mereka seperti orang yang mencabuti rumput yang menjadi gulma bagi tanaman padi, mereka menyangka rumput telah bersih, hanya saja mereka tidak tahu pada rumput dalam tanah yang belum tumbuh. Kadang-kadang mereka menyepi (uzlah) karena merasa sombong, atau memandang orang lain dengan pandangan rendah.

14. Sekelompok ulama yang lain meninggalkan ilmu-ilmu yang penting dan mencukupkan diri pada ilmu fatwa, hukum, debat, muamalah yang berlaku tetapi terkadang menyia-nyiakan ilmu perbuatan dzahir dan batin, tidak instropeksi pada anggota badan, tidak menjaga lisan, perut, kaki dan hati dari yang terlarang.

15. Sekelompok ulama yang lain tersibukkan dengan ilmu kalam dan perdebatan. Tetapi mereka terbagi menjadi dua kelompok; yang satu sesat menyesatkan, yang lainnya benar. Kelompok yang pertama tertipu, menyangka dirinya selamat, mengkafirkan kelompok yang lainnya, melihat syubhat sebagai dalil dan dalil sebagai syubhat. Sedangkan kelompok kedua yang benar tertipu dari sangkaan mereka bahwa ilmunya adalah paling penting dan lebih utama-utamanya ibadah.

16. Sekelompok ulama yang lain tersibukkan dengan memberi nasehat dan meninggikan derajat orang yang membahas akhlak diri dan sifat hati berupa takut, berharap, sabar, syukur, berpasrah, zuhud, yakin, ikhlas dan jujur. Mereka tertipu dengan menyangka telah bertsifat dengan sifat di atas hanya dengan membahasnya dan mengajak manusia berhias dengan sifat-sifat tersebut.

17. Sekelompok ulama yang lain berpindah dari hal yang penting dan wajib di dalam memberi nasehat. Mereka tersibukkan dengan kalimat-kalimat yang indah dan aneh yang keluar dari aturan syara’ dan kewajaran dengan tujuan majlisnya disukai orang.

18. Sekelompok ulama yang lain mencukupkan diri dengan ucapan ahli zuhud dalam hal mencaci dunia pada hal tidak mendalami maknanya.

19. Sebagian ulama yang lain menghabiskan waktunya dalam ilmu hadits, yaitu mengumpulkan riwayat yang banyak, mencari sanad yang aneh dan tinggi dengan berkeliling negeri. Mereka seperti khimar yang membawa kitab. Padahal tujuan dari hadits adalah memahaminya dan memikirkan maknanya.

20. Sebagian ulama yang lain tersibukkan dengan ilmu nahwu, bahasa, dan syi’ir. Mereka tertipu dengan ilmu tersebut karena menyangka telah diampuni dan termasuk ulama.

21. Kelompok kedua dari orang mukmin yang tertipu adalah para ahli ibadah. Sebagian mereka ada yang tertipu di dalam shalat, membaca Al-Qur’an, haji, jihad, zuhud dan lainnya.

22. Diantara mereka ada yang meninggalkan perkara wajib dan tersibukkan dengan perkara sunah.

23. Diantara mereka ada yang tidak rela dengan najis tetapi terkadang makan perkara haram.
24. Sekelompok yang lain diganggu oleh was-was dalam niat shalat sehingga tertinggal jamaah.

25. Kelompok yang lain diganggu dengan was-was di dalam mengeluarkan huruf dari bacaan shalat.

26. Kelompok ketiga dari orang mukmin yang tertipu adalah mereka yeng memiliki harta. Diantara mereka ada yang suka membangun masjid, madrasah dan lainnya sambil menuliskan namanya dalam prasasti agar senantiasa disebut orang. Mereka menyangka telah berhak memperoleh ampunan. Padahal disamping kadang-kadang hartanya berasal dari sumber yang tidak halal juga tasarufnya kurang ikhlas.

27. Sekelompok yang lain terkadang menghasilkan harta halal dan menafkahkan untuk masjid tetapi masih tertipu dari hal riya’ dan mengharap pujian atau menasarufkan harta untuk hiasan masjid yang sebenarnya justru dilarang karena mengganggu kekhusuan.

28. Sekelompok yang lain menafkahkan harta dengan shadaqah pada fakir miskin dalam acara perayaan agar namanya terkenal. Mereka tidak mau bersedekah secara siri.

29. Sekelompok yang lain menggenggam hartanya hingga masuk kategori bakhil. Mereka tersibukkan dengan ibadah badaniyah yang tidak membutuhkan biaya seperti puasa, qiyamul lail dan menghatamkan Al-Qur’an. Mereka tertipu karena sebenarnya bakhil yang merusak telah menguasainya.


30. Sekelompok yang lain dikalahkan oleh bakhil dengan mengeluarkan zakat dengan harta berharga rendah, atau memberikan zakat itu kepada pekerjanya.

31. Sekelompok orang tertipu dengan hadir di majlis dzikir. Mereka berkeyakinan hal itu telah cukup, padahal kehadirannya tidak memiliki efek apapun pada perbaikan diri.

32. Kelompok yang lain sebenarnya telah melampaui kelompok-kelompok di atas, mereka bersungguh-sungguh dalam perjalanan ibadah, ketika sudah mendekati wushul mereka menyangka telah sampai (wushul) dan lantas berhenti pada stasionernya.




Daftar Pustaka

Al-Ghazali, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad, “ Kitab al-Kasyfi wa at-Tabyini fi Ghurur al-Khalqi Ajma’in “, Maktabah Muhammad Utsman, Kediri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS